Friday, June 12, 2015

Museum M.H Thamrin


Traveler, kalau denger nama M.H Thamrin apa yang terlintas dipikiran para Traveler. Nama salah satu jalan protokol yang ada di Jakarta yang juga merupakan pusat bisnis & setiap minggunya selalu diadakan Car Free Day, atau nama salah seorang pahlawan nasional Indonesia yang asli kelahiran Jakarta..??? Kalau Traveler menjawab dua-duanya maka Traveler benar. Tapi yang mau kita bahas disini bukan jalannya melainkan pahlawannya & tentu saja museum yang didedikasikan untuk beliau. Museum yang terletak di Jalan Kenari II No 15 ini adalah museum yang menyimpan berbagai macam koleksi yang dulu dimiliki oleh M.H Thamrin & juga sejarah perjuangan beliau

Sejarah Singkat

Gedung Museum
Sama seperti beberapa museum yang ada di Jakarta yang merupakan gedung bersejarah, Sebelum menjadi sebuah museum, gedung ini juga memiliki sejarah. Gedung ini dulunya merupakan rumah dari M.H Thamrin sendiri, memang kalau dilihat dari bentuknya biasa-biasa saja sama seperti rumah-rumah hunian di Jakarta yang dibangun sekitar akhir abad ke-19 & 20, yang dikenal dengan sebutan bergaya Indis.

Yang membuatnya menjadi spesial adalah fungsi & peranannya pada masa pergerakkan kebangsaan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Karena seringnya digunakan gedung ini untuk kegiatan musyawarah atau permufakatan maka gedung ini dikenal dengan nama Gedung Permufakatan Indonesia (GPI) yang lebih dikenal dengan nama Gedung Permufakatan, atau Gedung Kenari, karena letaknya di jalan kenari.

Selain sebagai tempat berkumpulnya beberapa organisasi kepemudaan & politik pribumi, gedung ini juga menjadi sebuah lembaga pendidikan yang dikenal dengan nama Perguruan Rakyat Umum oleh karena proses belajarnya terbuka untuk seluruh kalangan rakyat. Dan karena selalu dilakukan pada malam hari maka lebih dikenal dengan nama Perguruan Rakyat Malam.

Gedung ini juga dikenal suka mengadakan berbagai macam pameran, bazar & pergelaran kesenian. Diadakannya pergelaran ini adalah untuk mempromosikan hasil kerajinan tangan masyarakat pribumi, yang dalam istilah zaman sekarang tergolong industri kreatif & agar perekonomian rakyat pribumi dapat berkembang. Di zaman pendudukan jepang pun kegiatan diatas tetap diadakan walaupun pada saat itu Jepang memanfaatkannya sebagai media propaganda agar rakyat lebih giat membantu pemerintah Jepang. Bahkan sampai sekarang museum ini juga selalu mengadakan berbagai macam kegiatan di bulan-bulan tertentu.

Sejak Indonesia dikuasai lagi oleh penjajah Belanda. Gedung ini seolah-olah tidak bertuan hingga akhirnya dua kakak adik tionghoa Tan Wang Teng & Tan Wan Kim membelinya. Oleh mereka gedung ini dijadikan Tempat Tinggal & gudang sampai tahun 1964. Hingga akhirnya pemda mengambil alih gedung ini pada tahun 1990 kemudian memugarnya hingga pada tahun 2009 pemerintah menetapkan gedung ini menjadi museum.

Patung M.H Thamrin
Inside The Museum

Museum ini menyimpan berbagai macam hal-hal yang berhubungan dengan Pahlawan Nasional M.H. Thamrin dan sebagian kecil hal-hal yang berhubungan dengan Jakarta tempo dulu beserta keseniannya. Pada saat masuk, Traveler akan melihat beberapa koleksi milik M.H. Thamrin semasa beliau masih hidup mulai dari Radio yang digunakan beliau untuk mendengarkan berbagai macam berita dari dalam & luar negeri, sepeda ontel yang pernah beliau gunakan, meja keluarga, piring keramik peningalan M.H. Thamrin dan lain-lain. Selain beberapa koleksi juga ada beberapa foto-foto beserta penjelasannya. FYI, radionya masih bisa dipergunakan loh, bahkan Traveler juga bisa ganti channel radionya ke radio yang biasa Traveler dengerin ^_^.

Patung dada M.H Thamrin
Diorama Kongres Rakyat 1
Foto Rumah yang sekarang menjadi Museum
Bagian Awal Museum
Bagian Akhir Museum










Meja Keluarga M.H. Thamrin
Meja rias marmer
Radio merk Philips













Sepeda milik M.H. Thamrin
Meja Kursi Tamu
Piring keramik 










Foto M.H. Thamrin muda bersama istrinya Nyonya Otoh
Setelah Traveler melihat berbagai macam koleksi, Traveler langsung menuju ke ruang tengah dimana di ruangan ini selain terdapat beberapa diorama, juga ada beberapa foto para tokoh-tokoh kelahiran betawi (Jakarta) beserta jasa-jasa mereka seperti Ismail Marzuki seorang komponis, Entong Gendut jawara dari condet yang anti Belanda, Abdulrahman Saleh salah seorang perintis RRI (Radio Republik Indonesia) dan beberapa tokoh kelahiran betawi lainnya.

Ruang tengah museum
Foto para tokoh betawi
Diorama MH Thamrin memimpin sidang
Tidak jauh dari ruang tengah, terdapat Ruang Audio Visual, di ruangan ini selain berupa ruangan yang menampilkan film yang menceritakan mengenai sejarah perjuangan M.H. Thamrin, juga terdapat berbagai macam alat musik tradisional dari Jakarta yang bernama Tanjidor. Di ruangan ini juga terdapat berbagai foto-foto jalan di Jakarta Tempoe Doeloe seperti Jalan Gajah mada, Jalan Gondangdia, Stasiun Jatinegara dan lain-lain.

Ruang Audio Visual
Foto Jakarta Tempo Dulu
Foto Jakarta Tempo Dulu











Trombone Tanjidor
Bass drum Tanjidor














Di bagian akhir adalah beberapa koleksi yang berhubungan dengan hari-hari terakhir M.H. Thamrin sampai iya meninggal dunia mulai dari lukisan pada saat Polisi Dinas Belanda menggeledah rumahnya, tempat perbaringan pada saat beliau sakit dan Replika Kereta Jenazah yang digunakan untuk mengiringi jenazah beliau sampai ke peristirahatan terakhirnya yaitu di TPU Karet Bivak. Disini juga ada sebuah delman yang dulu digunakan sebagai alat transportasi dari depan Gang Kenari sampai Pasar Ampiun.

"Pengeledahan Rumah Thamrin" Karya Dadang Udansyah
Replika kereta jenazah
Delman alat transportasi tempoe doeloe
Jam Buka & Harga Tiket 

Museum ini Buka dari hari selasa sampai dengan minggu dimana untuk hari selasa sampai Jumat dari jam 09.00-15.00 dan Hari sabtu & Minggu 09.00-13.00. untuk hari senin museum ini tutup. 

Harga tiket: 

Dewasa: Rp. 5.000
Mahasiswa: Rp. 3.000 
Anak-Anak: Rp. 2.000 

Untuk rombongan Min. 30 orang :
Dewasa: Rp. 3.750 
Mahasiswa: Rp. 2.250
Anak-Anak: Rp. 1.500 

Sama seperti Museum Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional dan Museum Joang, Museum ini juga suka mengadakan acara khusus yaitu Pekan Museum MH. Thamrin yang berupa lomba-lomba yang diadakan di museum ini mulai dari Lomba pidato, puisi, melukis & permainan rakyat seperti Galasin (Gobak Sodor), Napak Tilas MH Thamrin dan Pameran temporer. Untuk keterangan lebih lanjut, Traveler bisa menanyakan kepihak Museum MH Thamrin.

Halaman depan museum
Akses menuju ke sana


Untuk menuju ke museum ini traveler cukup menggunakan busway. Jurusannya kurang lebih sama dengan jurusan ke museum Sumpah pemuda. Yang membedakannya adalah kalau ke Museum Sumpah Pemuda Traveler turun di halte Pal Putih, maka untuk menuju Museum ini traveler turun di Halte Salemba UI. Setelah itu Traveler jalan ke arah Pasar kenari yang bersebelahan dengan UI Salemba. dari situ traveler masuk ke jalan kenari 2 (ada papan penunjuk museum) tidak usah belok-belok ikutin aja jalannya kurang lebih sekitar 200 meter dari depan jalan sampai ke dalam museum dan Museumnya berada disamping sekolah dasar. Sekedar saran aja kalau Traveler mau main ke museum ini disarankan pada hari libur karena kondisi jalan kenari di hari biasa sangat padat & agak sulit untuk masuk jalan menuju ke museum walaupun di museum terdapat parkiran mobil. Jalan pun juga ngak terlalu jauh kok dari depan jalan utama.

Suasana di jalan kenari
Jadi, ingin kenal lebih jauh sosok dari Muhammad Hoesni Thamrin beserta hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan betawi...??? Yuk dateng aje ke Museum ini. 

No comments:

Post a Comment