Saturday, April 25, 2015

Museum Bank Mandiri


Museum ini tidak jauh beda dengan Museum Bank Indonesia. perbedaan nya adalah kalau di museum Bank Indonesia menampilkan perkembangan perbankan di Indonesia dari zaman-ke zaman, maka di museum bank mandiri menyimpan berbagai macam alat perbankan dari masa ke masa. Museum ini terletak di Jalan Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta bersebelahan dengan Museum Bank Indonesia.

Sejarah Gedung

Dahulunya sebelum menjadi museum gedung ini sudah berkali-kali berganti fungsi. Pertama bernama Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) yaitu sebuah perusahaan dagang milik belanda yang akhirnya menjadi perusahaan yang bergerak dibidang perbankan. Lalu setelah di ambil alih oleh pemerintah Indonesia, gedung ini menjadi kantor Bank koperasi Tani & Nelayan (BKTN) pada tahun 1960. Di Tahun 1968 berubah menjadi Kantor Pusat dari Bank Exim. Seiring perjalanan waktu terjadi permergeran antara Bank Exim, Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) menjadi Bank Mandiri yang akhirnya gedung ini berubah fungsi menjadi sebuah museum dan menjadi milik dari Bank Mandiri. gedung ini dibangun pada tahun 1929 dan resmi dibuka pada tahun 1933 dengan gaya model arsitektur Belanda.


Loket Tiket Masuk
Bagian Dalam Museum
Bagian Dalam Museum









Maket Gedung
Setiap bagian museum ditata dengan rapih, seolah-olah layaknya sebuah bank yang masih beroperasi pada tahun 20an. Ini terlihat dari masih terawatnya bentuk kasir, meja, bagian-bagian didalam bank sampai buku besar nasabah yang terawat dengan baik. Yang paling menarik dari museum ini adalah adanya ruangan brankas yang keadaannya masih sama seperti dulu dimana didalamnya juga tersimpan alat-alat & save deposit yang biasanya digunakan di dalam brangkas. Di museum ini ada pula Manekin-manekin (Boneka) yang ditata layaknya suasana di dalam suatu bank pada zaman Belanda. Walaupun tidak semua ruangan & manekin ini tidak bergerak, tapi seolah-olah mereka sedang melakukan aktivitas perbankan. 

Tanda masuk ruang brankas

Manekin di ruang brankas
Ruang Brankas
Ruang Brankas













Pintu Masuk Ruang Brankas
Ruang Brankas Obligasi 












Peti angkut pembawa uang
Ruang sejarah pembangunan gedung
Selain itu di dalam museum ini terdapat koleksi barang-barang yang menampilkan regenerasi alat-alat perbankan dari yang awalnya masih bersifat tulisan tangan (hand writing) sampai dengan sekarang yang sudah serba teknologi canggih yaitu menggunakan komputer mulai dari mesin tik, alat penghitung uang, brankas, komputer dan ATM. Kalau anda ingin merasakan suasana gedung sambil memandangi pemandangan kota tua, di Museum Mandiri juga terdapat coffee shop yang displaynya layaknya sebuah coffee shop tahun 20an. Mungkin bagi traveler yang mau istirahat sejenak sambil ngopi-ngopi bisa mampir di coffee shop ini.

Ruang IT
Ruang IT













Jam Buka dan Harga Tiket

Sama seperti museum lainnya museum ini buka dari jam 09.00 - 15.00 & sama seperti museum lainnya di Jakarta setiap hari senin & hari libur nasional tutup. Untuk harga tiket Rp. 5.000 untuk semua kalangan & khusus untuk Pelajar, mahasiswa & pelanggan Bank mandiri tidak dikenakan biaya sama sekali hanya cukup mengisi buku tamu saja.

Memang pamor Museum ini naik ketika banyak fotografer, Sineas atau Pasangan yang ingin melakukan Foto Pre-Wed memakai gedung ini, namun sebenarnya Museum ini enak untuk dijelajahi oleh para Traveler  yang kebetulan sedang berkunjung ke kota tua.

Friday, April 24, 2015

Museum Bank Indonesia


Museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta yang letaknya tidak jauh dari kawasan kota tua ini adalah salah satu museum favorit saya karena bisa menyatukan antara budaya modern dengan budaya masa lalu. Museum ini berisi mengenai perjalanan Bank Indonesia & Perkembangan perbankan di Indonesia.

Sejarah Singkat

Gedung ini memang sebelumnya merupakan bekas kantor Bank Indonesia dari zaman Hindia Belanda. Dibangun pada tahun 1828, gedung yang dulu bernama De Javasche Bank ini merupakan perpaduan antara budaya lokal dengan Eropa. Hingga pada tahun 1953 gedung ini menjadi gedung Bank Indonesia. Namun setelah Bank Indonesia pindah ke gedung di Jalan Thamrin 2 Jakarta, maka praktis gedung ini menjadi kosong. Inilah yang membuat pihak Bank Indonesia untuk menjadikan gedung ini menjadi sebuah museum dengan tujuan agar masyarakat bisa belajar & mengetahui seluk beluk dari Bank Indonesia & menghilangkan stigma negatif mengenai Bank Indonesia.

Kaca Patri Depan Pintu masuk
Ketika Traveler masuk kedalam, bentuk gedung ini persis seperti sebuah bank pada zaman Hindia Belanda bercampur dengan modernisasi zaman sekarang mulai dari ornamen-ornamennya sampai beberapa tulisan bahasa Belanda yang berfungsi sebagai petunjuk.   

Pintu Masuk Museum BI
Ruangan pertama yang Traveler kunjungi adalah Ruangan Sejarah. Diruangan ini dijelaskan secara rinci mengenai sejarah perbankan di Indonesia seperti sejarah perkembangan perbankan di Negara Indonesia mulai dari zaman perdagangan rempah-rempah lintas benua sampai pada zaman modern saat ini, Perkembangan perbankan pada saat zaman kemerdekaan sampai dengan saat zaman indonesia dilanda krisis moneter. Semuanya disajikan melalui berbagai macam media baik lewat keterangan tertulis, audio maupun visual. Tidak hanya itu saja museum ini juga menyimpan berbagai macam koleksi menarik seperti tongkat komando & paku bank tunggal yg dahulu digunakan oleh Bapak Jusuf Muda Dalam yang merupakan salah seorang Gubernur BI.

Ruang Pelayanan Pengunjung
Ruang Hologram 3D











Ruang Sejarah pra BI
Diorama kegiatan perdagangan
Diorama Kegiatan di Bank










Pakaian Pejuang Kemerdekaan

Pakaian Prajurit Belanda
Pakain Prajurit Jepang













Pakaian Prajurit TNI
Foto Rancangan awal gedung BI
Salah satu bagian dari ruang sejarah BI











Tongkat Komando & Palu Tunggal
Display telepon di ruang sejarah BI
Salah satu bagian dari ruang sejarah BI











Setelah melewati ruangan Sejarah Bank Indonesia, Traveler akan melewati beberapa ruangan-ruangan yang dahulu pernah digunakan oleh para direksi Bank Indonesia dalam melakukan kegiatan perbankan seperti Ruang Direktur, Ruang Gubernur, Ruang Inspirasi, Ruang Rapat & Taman yang berada di halaman belakang gedung. Di beberapa ruangan juga terdapat beberapa barang yang dahulu pernah digunakan dalam kegiatan perbankan Bank Indonesia seperti mesin hitung, mesin tik, dan telephone.

Ruang Direktur
Ruang Gubernur










Jam Dinding di Ruang Direktur
Foto Dirut De Javasche Bank
Foto Dirut BI











Halaman Belakang Gedung BI
Prasasti Keindahan Gedung De Javasche Bank
Kaca Patri yang bermakna "Di bawah lindungan dewa"














Ruang Inspirasi
Mesin Hitung Merk Nisa
Mesin Tik Merk Underwood Elliott Fisner










Telpon Berdiri
Di ruangan berikutnya adalah Ruang Penyimpanan Emas dan Ruang Mata Uang yang menyimpan berbagai koleksi mata uang dari berbagai Negara & juga mata uang Indonesia dari zaman kerajaan sampai dengan sekarang.

Ruang Penyimpanan Emas
Ruang Mata Uang
Salah satu koin yg ada di Ruang Mata Uang 












Jam Buka dan Harga Tiket


Museum ini buka dari Hari Selasa sampai Jumat Jam 08.00 - 15.30 & Hari Sabtu dan Minggu Jam 08.00 - 16.00, Senin & Hari Libur Nasional Tutup. Mulai tanggal 1 Juni 2015, Museum bank Indonesia mulai mengenakan biaya masuk sebesar Rp. 5.000 baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun apabila traveler masih mahasiswa atau pelajar & membawa kartu tanda mahasiswa ataupun pelajar tidak dikenakan biaya.

Turis sedang membeli cinderamata
Jadi Kalo para Traveler ingin tau lebih banyak mengenai sejarah dari Bank Indonesia serta Perbankan negara Indonesia dari tahun ke tahun maka museum ini tempat yang tepat untuk dikunjungi.

Thursday, April 23, 2015

Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah)


Siapa yang tidak kenal dengan museum ini, menurut saya hampir semua orang yang pernah ke kota tua ataupun ke Jakarta pastinya kenal dengan museum ini. Iya karena Museum Sejarah Jakarta merupakan museum yang menjadi icon dari Kota Tua yaitu kawasan di Jakarta yang memiliki berbagai macam gedung bersejarah. Selain Museum Sejarah Jakarta, museum ini juga dikenal dengan nama Museum Fatahilah yang diambil dari nama salah satu pahlawan Indonesia yang berhasil mengusir penjajah portugis dari pelabuhan sunda kelapa & mengganti namanya menjadi "Jayakarta" yang berarti kemenangan atau yang kita kenal sekarang menjadi "Jakarta". Museum ini terletak bersebelahan dengan Museum Seni dan Museum Wayang. Tepat di depan museum terdapat halaman yang luas dimana Traveler bisa berfoto-foto, menikmati jajanan makanan-makanan khas Jakarta seperti kerak telor, Es Selendang Mayang sampai dengan rental sepeda ontel hanya sekedar berkeliling sekitaran lapangan dengan harga yang terjangkau, pokoknya Kota Tua banget deh ^_^.

Sejarah Singkat

Dulunya sebelum menjadi museum, gedung ini merupakan gedung balai kota yang dibangun pada tahun 1620 atas perintah dari Gubernur Jendral Belanda pada saat itu, Gubernur Jan Pieterszoon Coen sebagai kantor pemerintahan Belanda, ruang pengadilan, dan ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai penjara. Pada tahun 1925-1942 gedung ini beralih fungsi menjadi Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, lalu pada tahun 1942-1945 saat zaman pendudukan tentara Jepang di Indonesia, digunakan sebagai kantor logistik Dai Nippon, Dan akhirnya berubah fungsi menjadi museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 maret 1974 oleh Gubernur Jakarta saat itu Bapak Ali Sadikin. Menjelajahi museum ini serasa kembali ke zaman kolonial belanda, karena di museum ini masih tersimpan barang-barang koleksi peninggalan zaman Belanda yang masih terawat rapih. 


Plakat Peresmian Museum Jakarta oleh Gubernur Ali Sadikin
Inside Museum


Seperti yang udah saya ceritakan di awal benda-benda koleksi di museum ini masih terawat rapi namun ada juga beberapa benda koleksi yg sudah kurang terawat dengan baik tapi masih cukup terawat. 

Museum ini terdiri dari 2 lantai dimana masing-masing lantai berisi barang-barang peninggalan zaman Belanda mulai dari kursi, meja, lemari, lukisan bahkan persenjataan yang masih terawat dengan baik. Menjelajahi tiap lantai, kita seperti diajak ke zaman Jakarta masih menggunakan nama Batavia, karena banyak sekali peninggalan-peninggalan zaman Belanda. FYI, Museum ini sekarang memiliki koleksi baru yaitu 2 buah diorama yang menggambarkan Peristiwa penangkapan Pangeran Wijayakrama dan Penyerangan Kraton Jayakarta. 


Depan Pintu Masuk Museum
Lukisan Perkembangan Batavia













Patung Singa
Lukisan "J.P Coen"
Maket atap Gereja











Diorama "Penangkapan Pangeran Wijayakrama"
Diorama "Penyerangan kraton Jayakarta"
Suasana Kota tua diambil dari lantai 2 museum


Ruangan di lantai 2 museum
Kamar di lantai 2 museum












Lukisan salah seorang gubernur jendral Belanda

Kunci & borgol untuk tahanan
Kapal (Nau) portugis












Contoh pakaian pelaut portugis
Sebelum menuju pintu keluar, Traveler akan melewati ruangan yang penuh dengan batu-batu besar. Batu-batu ini adalah replika dari prasasti yang sebenarnya. Adapun nama prasastinya seperti Prasasti Kebun Kopi yang ditemukan di perkebunan kopi milik salah seorang pengusaha belanda di daerah Ciaruteun llir, lalu ada juga prasasti ciaruteun yang menceritakan mengenai kerajaan Tarumanegara, Prasasti pasir awi yang ditemukan di daerah bogor dan Prasasti batu tulis yang ditemukan di sekitaran aliran sungai cisadane. Meskipun menggunakan bahasa jawa kuno tapi kita bisa mengetahui isi dari masing-masing prasasti melalui keterangan yang ada di museum.

Di halaman belakang museum terdapat taman yang cukup luas yang biasanya biasanya digunakan oleh pengunjung untuk berfoto-foto atau sekedar berkumpul sambil ngobrol-ngobrol. Selain itu ada juga toko yang menjual souvenir & cendramata khas Museum Sejarah Jakarta. Kalau Traveler belum sempat mencoba kerak telor & es selendang mayang yang dijual di sekitaran lapangan kota tua, di dalam museum juga terdapat beberapa penjual makanan tersebut. Di halaman belakang museum banyak sekali penjara bawah tanah. Memang dulu di museum ini selain menjadi pusat pemerintahan, gedung ini juga merupakan penjara. Konon para napi yang akan dihukum mati tepat di depan lapangan gedung ini akan dipenjarakan di penjara bawah tanah terlebih dahulu. Walaupun sudah tidak terlalu terawat, tetapi kesan penjaranya masih ada ini dikarenakan masih tercium bau yang menyengat dan masih adanya bola-bola besi yang digunakan sebagai pemberat kaki napi agar mereka tidak bisa kabur.


Halaman Belakang Museum

Penjara Wanita
Penjara Pria












Penjara Sumur

Jam Buka dan Harga Tiket

Sama seperti museum lainnya museum ini buka dari jam 09.00 - 15.00 & sama seperti museum lainnya di Jakarta setiap hari senin & hari libur nasional tutup. 

Harga tiket: 

Dewasa: Rp. 5.000
Mahasiswa: Rp. 3.000 
Pelajar & Anak-Anak: Rp. 2.000 

Untuk rombongan Min. 30 orang :
Dewasa: Rp. 3.750
Mahasiswa: Rp. 2.250 
Anak-Anak: Rp. 1.500 

Jadi bagi para traveler yang ingin tau seperti apa sejarah jakarta pada zaman dahulu maka museum ini pilihan yang tepat untuk dikunjungi.